Kitab kuning online – Berbakti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau al-‘ubodiyyah merupakan kedudukan tertinggi manusia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena dalam posisi ini seseorang benar-benar menampilkan dirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, penuh kekurangan, kelemahan dan ketergantungan kepada Tuhannya, serta menghadirkan dan memuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Tuhan yang maha kuasa, maha kuasa, Tinggi dan Maha Kuasa. . .
Pada dasarnya, manusia hanya dapat membutuhkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kebutuhan jasmani dan rohaninya serta mengandalkan-Nya di setiap saat kebutuhan dan ketergantungannya, baik disadari maupun tidak. Oleh karena itu, para hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beriman dan selalu menerima limpahan Taufiq-Nya senantiasa menunjukkan ketergantungan dan kebutuhan ini dalam segala urusan duniawi dan agama.
Itulah sebabnya mereka selalu merendahkan diri dan berdo’a dengan khusyuk agar Dia Subhanahu wa Ta’ala selalu membantu dan memudahkan segala urusan mereka dan tidak memaksa mereka untuk mengandalkan diri walau sesaat [1 menurut doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw. pada. dia wasallam dan ini termasuk doa-doa yang dianjurkan untuk dibaca di pagi dan sore hari. Grosir toko kitab kuning online
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Kesempurnaan manusia (manusia) adalah mewujudkan al-‘ubudiyyah (swadaya) kepada Allah, dan semakin (semakin) terwujudnya pengabdian hamba (kepada Allah ta’ala), semakin sempurna pula kesempurnaannya. (kehormatan) meningkat dan semakin tinggi derajatnya (kepada Allah Ta’ pada bagian industri). Dan barang siapa yang (secara sengaja) mengira bahwa seorang hamba dapat meninggalkan kebaktian Allah (tidak terpengaruh oleh kewajiban beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa) dengan cara apapun, atau (mengira) bahwa meninggalkan kebaktian itu lebih sempurna (primer), maka dia termasuk orang yang paling bodoh bahkan sesat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
“Ibadah atau perbudakan diri meliputi kesempurnaan dan ketinggian cinta serta kesempurnaan dan ketinggian kehinaan (merendahkan diri). Jadi sesuatu yang dicintai tetapi tidak dihormati dan direndahkan karena bukan ibadah (sesuatu yang disembah). Sama seperti sesuatu yang dipuji tetapi tidak dicintai, tidak (disebut) ibadah (sesuatu yang disembah).
Imam Ibnul Qayyim berkata:
“Tidak ada jalan yang lebih dekat kepada Allah (kenikmatan) selain jalan al-‘Ubudiyyah (melayani Tuhan Yang Maha Esa), dan tidak ada hijab (penghalang keridhaan-Nya) yang lebih tebal daripada pengakuan, kebanggaan dan kekaguman terhadap diri sendiri. .) Perbudakan diri didasarkan pada dua norma yang menjadi dasar al-‘Ubudiyyah, (yaitu) cinta yang sempurna dan kebencian diri yang sempurna (kepada Allah Ta’ala). Grosir toko kitab kuning online
Kedua pondasi ini tumbuh dari dua pohon utama, yaitu kesaksian (keagungan) rahmat dan berkah (dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang memudahkan segala amal kebaikan dan melindungi mereka dari segala keburukan), yaitu rasa cinta. . ( z Allah Ta’ala) dan kesaksian hamba (tentang keagungan) ketidakegoisan dan ketidaksempurnaan tindakannya, yang mengarah pada kerendahan hati (sikap) yang sempurna (terhadap Allah Ta’ala).
Imam al-Qurthubi berkata: “Barangsiapa menaati dan beribadah hanya kepada Allah dan menggunakan pendengaran, penglihatan, lidah dan hatinya untuk perintah-Nya, dia paling berhak menerima nama al-‘Ubudiyyah (hamba Allah yang sejati). Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan kepada kita semua Taufiq-Nya dalam pengabdian diri sepenuhnya dan ketaatan kepada-Nya, yang menjadi alasan kesuksesan kita di dunia dan akhirat.