Mungkin beberapa dari kalian belum menonton atau mengenal film yang berjudul Negeri Tanpa Telinga. Sebuah film tahun 2014 garapan sutradara sekaligus produser Lola Amaria ini memang bertujuan untuk menyampaikan keresahan, serta mengkritik politik yang terjadi dalam negeri ini.
Apa itu politik? Politik merupakan sebuah fenomena yang terjadi antara manusia dan lingkungan sosial, politik biasanya erat kaitannya dengan pemerintahan. Lantas apa saja isi kritik politik serta jalan cerita yang disampaikan oleh film ini? Mari kita simak sinopsisnya
Film ini diawali oleh adegan di sebuah klinik THT. Dimana Naga (Teuku Rifnu Wikana) merupakan seorang tukang pijat yang mengunjungi sahabatnya yaitu dokter Sangkakala (Landung Simatupang). Ia meminta kepada dokter itu untuk merusak gendang telinganya agar ia tidak lagi mendengar suara-suara yang menyakitkan hatinya.
Di sisi lain terdapat rencana konspirasi besar dilakukan oleh Partai Amal Syurga. Sang ketua partai bernama Ustadz Etawa (Lukman Sardi) berusaha memanipulasi uang negara untuk keuntungan partainya melalui kerja sama dengan importir daging domba.
Aktivitas terselubung tersebut disusun dengan rapi sebagai dalih dan tidak ketahuan oleh publik. Simbol-simbol partai yang bersifat religi tersebut merupakan kamuflase dan berbanding terbalik dengan kelakuan para petinggi-petingginya.
Selain Partai Amal Syurga, film ini juga menyorot mengenai partai oposisi bernama Partai Martobat, sang pengusung legitimasi politik di negeri itu. Sang pemimpin, Piton (Ray Sahetapy), berambisi besar untuk menjadi presiden. Untuk itulah ia berusaha mendapatkan dana sebanyak-banyaknya, dengan menggunakan pengaruhnya di parlemen dibantu oleh Joki Ringkik, teman separtainya.
Ternyata di balik itu semua konspirasi dan rencana busuk kedua partai tersebut sudah diawasi dan diincar oleh organisasi bernama kapak. Kapak merupakan sebuah lembaga pemberantasan korupsi.
Karena keadaan, piton yang tadinya bermain bersih kemudian mulai terbongkar satu persatu rahasianya oleh kapak. Ia pun menyerang membabi buta, meneror siapapun orang yang ia curigai sebagai pembocor rahasia.
Salah satu korbannya ialah Naga, tukang pijat Piton yang juga banyak memijat pejabat serta orang-orang di media TV9. Melalui telinganya Naga menangkap semua percakapan dan perbincangan orang-orang penting. Bagaimana mereka melakukan transaksi sampai menjadi tempat curhat Piton yang merasa hanya dijadikan sumber uang oleh istrinya sendiri.
Mengungkap Skandal Politik Elit
Film Negeri Tanpa Telinga disutradarai dan diproduseri oleh Lola Amaria. Diilhami dari kisah nyata terinspirasi dari kasus korupsi di tanah air. Berangkat dari pemberitaan media massa yang terus menerus menyebarkan informasi mengenai berita di dalam negeri, Negeri Tanpa Telinga mencoba mengungkapkan skandal politik kotor seperti lingkaran seks, kekuasaan, uang, juga korupsi. Meskipun mengusung tema politik yang berat namun film ini dikemas secara ringan dan terdapat unsur komedi.
Film ini dipenuhi oleh sindiran-sindiran politik dan diharapkan menjadi suatu pembelajaran bagi setiap orang yang menontonnya. Filosofi yang tergambar dari adegan ketika Naga ingin menghancurkan gendang telinganya ialah telinga menjadi sebuah indra yang menyakitkan ketika mendengar suatu kebenaran yang berbeda dari hati nurani. Naga yang muak akan hal itu maka meminta dokter untuk menulikan telinganya.
Itu dia sinopsis mengenai film Negeri Tanpa Telinga. Diharapkan bagi para penontonnya untuk melihat realita kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, dan menjadikan film tersebut sebagai pembelajaran untuk tidak melakukan perilaku korupsi. Untuk menambah informasi mengenai sikap antikorupsi, kamu bisa mengaksesnya melalui situs ACLC KPK.
Referensi: